Rabu, 23 Maret 2005

Memilih Pasangan Seagama

Isteri cantik, baik hati, terhormat, dan seagama adalah dambaan setiap suami. Tapi, tentu, sangat sulit mendapatkan isteri seperti itu. Ada saja satu kriteria yang tak terpenuhi. Banyak pula hatinya baik tapi tak seagama. Bila dihadapkan pada persoalan harus memilih, manakah diantara empat kriteria tersebut yang harus dipilih. Dengan jawaban tegas: wanita yang seagama dengan kita.

Nabi Muhammad Saw. bersabda, "Perempuan dinikahi karena empat hal:karena kekayaannya, karena kemuliaannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, Niscaya kamu akan beruntung." (HR. Bukhari Muslim)
Mengapa agama yang harus dipilih?Sebab, kekayaan,kedudukan dan kecantikan sifatnya hanya instan (sementara). Orang kaya seketika bisa melarat bila usaha atau kerjaannya bangkrut. Jabatan juga bisa hilang bila tiba2 dicopot. Pun kecantikan akan hilang dengan sendirinya bila usia kita sudah lanjut. Bila sudah mati, kekayaan, kedudukan, kecantikan juga tak akan bisa menolong kita di akhirat kelak.
Berbeda dengan agama. Ia sifatnya kekal. Ia akan bisa menolong kita di akherat kelak. Orang yang memiliki kadar keimanan kuat maka akan besar pula peluang kita untuk mendapatkan surga. Sebaliknya, orang yang kesalehannya sangat tipis, maka sedikit pula kesempatannya untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sebab itu bila kita hendak memilih pasangan hidup untuk berumah tangga, maka pilihlah orang yang kadar keimannya kuat.
Masalah yang pertama, berkaitan dengan prosesi ibadah kita setiap hari. Hal yang paling dirasakan adalah ketika datangnya saat bulan Ramadhan. Punya isteri yang tak seagama dengan kita tentu akan merasakan ketidaknyamanan beribadah puasa. Isteri yang tidak terbiasa berpuasa karena bukan beragama islam, bagaimana bisa bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sahur buat suaminya jika bukan karena terpaksa. Begitu juga dalam kehidupan ibadah lainnya, seperti shalat, ibadah haji dan sebagainya,tentu tak akan bisa dicapai sempurna bila pasangan yang tak seagama.
Karena itu, seseorang yang punya pemikiran bahwa punya pasangan berbeda agama bisa memberikan kebahagiaan dalam rumah tangga adalah salah kaprah. Kebahagiaan dalam arti apa?Apakah kebahagiaan karena cukup materi ataukah karena terpenuhinya kebutuhan seksual semata. Bisa jadi, seseorang dengan tipe pemikiran seperti itu sebenarnya adalah orang yang jauh dari agama. Orang yang semakin dekat dengan Tuhan, maka semakin mengerti pula akan pentingnya nilai-nilai agama, bukan sebaliknya!
Masalah kedua adalah persoalan keturunan. seorang anak yang dilahirkan dari kedua orang tua yang berbeda agama, tentu akan bingung. Anak itu akan diarahkan pada pilihan yang mana: ke agama islam ataukah non-islam. Seorang ayah yang beragama islam tentucakan lebih mengarahkan anaknya untuk memeluk agamanya. Begitu juga dengan ibunya yang beragama non-islam!
Membiarkan pilihan itu jatuh pada keinginan anaknya sendiri bila sudah besar kelak, tentu saja sangat salah. Sebab, sejak kecil berarti dia telah diabaikan dengan pendidikan agama. Pada titik ini, berarti si anak terombang-ambing dalam ketidakpastian agama yang dipeluknya. Sampai sini persoalan terus bermunculan. So, jangan terpikir untuk menciptakan keluarga sakinah, masalah keyakinan anak sendiri masih menjadi persoalan.
(by Hidayah,edisi 45, april '05) -----> my favorite magazine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar